Islam Fanatik atau Perfeksionis

Cerita ini saya dengar dari suami saya yang membuat saya terngiang-ngiang terus (bukan pada wajah by hubby loh) samapi saya nggak tahan ingin berbagi dengan yang lain.

Pada suatu hari... (seperti awal kisah-kisah dongeng yang ada sampai sekarang - thanx to the anonimous writer or story teller) suami saya sedang berjalan dan berbincang-bincang dengan seorang temannya (yang otomatis jadi teman saya juga). 

Perbincangan masih berputar ki kehidupan sehari-hari dengan topik-topik standar otomotif, komputer, anak, sampai pagar, dan isi rumah. Sampai kemudian mereka bertemu dengan teman yang lain bersama istrinya. Penampilan temannya itu seperti pasutri-pasutri lainnya. Sang suami  memakai baju koko (kebetulan seting waktunya setelah shalat subuh-suami saya juga memakai pakaian yang sama) dan sang istri memakai baju gamis muslim panjang (ehm...nyelak lagi... ada baju muslim berarti ada baju kafir dunx hehe).

Mereka berempat berbincang-bincang seru samapi sang pasutri terpaksa harus pulang karena bayi mereka sudah berteriak memanggil. Tinggallah berdua lagi suami saya dan temannya seperti semula. Tak lama teman suami saya nyeletuk,

"Haduh... tau gak lo. Mereka Islam fanatik loh!"

Kontan suami saya terkaget-kaget. 

"Ko' bisa? Kenapa emang?"

Dan sang teman pun dengan wajah yang nampak cerdas setelah lama berkerut untuk bepikir panjang pun menjawab,

"Istrinya pake kaos kaki!"

GUBRAKKKK...!!!

Suami saya pun speechless... tak sanggup berkata-kata... hanya tersenyum.

Ternyata banyak dari muslim itu sendiri yang menyepelekan orang lain yang mencoba menjalani gaya hidup muslim yang kaffah. Dengan kata lain, mereka hanya mencoba semaksimal mungkin apa yang diminta olah tuhan (baca: Allah) dan diajarkan oleh sang Nabi (baca: Rasullah).

Itu sudah termaktub dalam al-Qur'an dan Al-Hadis dan tidak ada salahnya jika interpretasi setiap orang berbeda-beda. 

Oke... kembali ke suami saya... Jadi, dia membawa perbincangan itu kerumah untuk diperbincangkan bersama saya... Kami mencoba mencari tahu jawaban jika ada (dan pasti akan ada) yang mengemukakan pandangan seperti itu.

Akhirnya kami pun sepakat untuk menyebutnya Islam perfeksionis.

Yup!!! Perfeksionis tidak berlebihan untuk diberikan kepada orang yang ingin sempurna di mata tuhannya... Dengan kata lain: tidak kurang.

Fanatik adalah kata yang agak kurang tepat diberikan karena sang manusia kaffah hanya mengikuti kedua kitab tersebut... dan bukan ormas, tokoh, apalagi idola. Bukankah Allah itu maha pencemburu?

Well... setiap orang memiliki pandangan dan berhak untuk mengemukakannya.

Semoga kita semua dijaga dari lisan dan perbuatan yang mencelakakan di hari akhir kita nanti.

Sampai ketemu di surga ya!