Musibah Zakat Karena Kurang "Nyunah"

Umat Islam terhenyak melihat berita terjadinya musibah pembagian zakat di Pasuruan, Jawa Timur yang menewaskan 21 orang. Seperti yang telah diketahui, ada hikmah di setiap kejadian yang ditentukan Allah.

Bagi-bagi zakat yang dilakukan oleh Haji Syaichon tentu tak memiliki niat sedikit pun untuk mencelakakan orang lain, apalagi membunuh. Semoga dengan kejadian ini para dermawan yang melakukan hal yang sama dalam pembagian zakat dapat berlapang dada mengambil hikmah. Karena niat yang baik bukankah seharusnya diiringi dengan cara yang benar?

Cara yang dilakukan para dermawan sebenarnya tidak salah. Al Qur'an sangat menghargai dermawan yang menyampaikan dermanya secara terang-terangan (QS Al Baqoroh: 271). Tapi di ayat yang sama disebutkan, lebih baik berderma secara diam-diam. Sebagaimana kata Nabi Muhammad SAW, "Janganlah engkau bersedekah di hadapan khalayak dengan maksud mencari pujian dari manusia. Bersedekahlah hingga tangan kananmu yang memberi maka tangan kirimu tak mengetahuinya."

Itulah, syaitan sangat mudah menerobos hati umatnya untuk membuat riya, bahkan takabur. Hati yang awalnya ikhlas bisa berubah jika tidak memiliki kemantapan hati dan iman. Seperti yang dikatakan Ketua Umum BAZNAS Prof Dr KH Didin Hafidhuddin yang menyatakan sudah saatnya cara-cara berzakat yang mengikuti kehendak perasaan harus ditinggalakan karena bersifat semu, seperti ketika kita merasa puas melihat muztahik yang menerima.

Bukankah sudah dicontohkan di jaman khalifah Umar bin Khatab dalam pengelolaan zakat? Pada zaman itu, pengumpul zakat disebut Zabaya. Dan bukankah Al-Qur'an juga menyebutkan dengan jelas peranan amil sebagai pengelola zakat?

Melalui amilin, kedermawanan dapat disalurkan tanpa menggangu keikhlasan karena Insya Allah, kerja keras para penyalur zakay akan menjamin zakat sampai kepada mustahik yang terang-terangan (as-saai) maupun yang tidak (al-mahrum) (QS. al Ma'arij: 24-25)

Yang diprioritaskan tentu yang kedua (al-mahrum) sebagaimana tercantum dalam surat Al-Baqoroh 273 dan wasiat nabi, yaitu"Tangan di atas lebih baik dari tangan dibawah. Meminta-minta bukan ahlak terpuji.

Ada lagi yang beranggapan, kalau diserahkan langsung, muzaki akan didoakan oleh lebih banyak mustahik. Sebenarnya, Al-Qur'an sudah mengakomodir hal itu dalam surat At-Taubah: 103 yang memerintahkan amil untuk mendoakan. (Allah hebat ya? Kurang apa lagi coba?)

Selain itu, melalui amil zakat yang amanah, akan terkumpul dana yang dapat menyelesaikan problem kemiskinan, bukan semata-mata urusan konsumsi primer semata.

Jadi, cukuplah insiden Pasuruan itu hanya terjadi tahun ini. Semoga kita dapat menjadikannya cermin untuk menjadi muslim yang lebih baik.